Jangan Segan Belajar Dan Mengamalkan Ekonomi Islam

Jangan Segan Belajar Dan Mengamalkan Ekonomi Islam

Oleh: Nurul Huda
Indonesia merupakan salah satu Negara yang berpenduduk mayoritas muslim. Hasil  sensus tahun 2010 menunjukkan bahwa 207.176.162 atau 87,18% dari 237.641.326 penduduk memeluk agama Islam. Dengan penduduk muslim sebanyak itu, Indonesia diharapkan dapat menjadi pelopor dan kiblat pengembangan ekonomi islam di dunia. Namun Indonesia kalah dengan Pakistan sebagai pelopor bank islam dan Malaysia yang telah lebih dulu mendirikan bank islam. Indonesia baru mendirikan bank syariah pertama yaitu Bank Muamalat sekitar 10 tahun setelah Malaysia.
Perlu diacungi jempol, bank yang baru beberapa tahun berdiri tersebut mampu bertahan di tengah-tengah krisis ekonomi yang melanda di tahun 1997-1998. Padahal bank-bank yang sudah ada sejak lama banyak yang dilikuidasi. Dan tidak begitu penting siapa yang menjadi pelopor atau yang lebih dulu mendirikan bank islam. Yang terpenting bagi Indonesia adalah bagaimana bisa menerapkan prinsip-prinsip dan mengembangkan produk keuangan syariah tersebut. Salah satu produk keuangan sayariah adalah bank syariah.
Dalam beroperasi, bank syariah menghadapi berbagai masalah, salah satunya adalah minimnya sumber daya manusia. Hal tersebut sangat disayangkan mengingat betapa besar potensi sumber daya manusia yang dimiliki. Salah satu alasan mengapa lembaga keuangan syariah tersebut kekurangan sumber daya manusia adalah pencetak SDM tersebut yaitu lembaga pendidikan (khususnya perguruan tinggi) yang membuka program studi keuangan syariah masih sedikit. Terlebih lagi kurang minatnya pelajar untuk mempelajari keuangan syariah, baik itu karena anggapan kurangnya lapangan pekerjaan setelah lulus nanti maupun pemahaman mengenai pentingnya penerapan ekonomi syariah itu sendiri.
Padahal dari segi lapangan pekerjaan dilansir dari situs Gulf News. industri keuangan syariah tumbuh sekitar 15-20 persen pertahun. Untuk Negara berkembang membutuhkan sekitar 50.000 profesional ekonomi syariah dalam beberapa tahun untuk membuat sektor ini terus berkembang. Dalam jurnal yang disampaikan pada tahun 2012 dalam ceramah ilmiah ikatan ahli ekonomi islam (IAEI) oleh seorang deputi gubernur Indonesia, menyebutkan perbankan syariah membutuhkan sekitar 20.000 orang tenaga kerja. Lalu, Yuslam Fauzi, Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) menyatakan bahwa perbankan syariah membutuhkan rata-rata sekitar 11.000 tenaga kerja per tahunnya, sedangkan perguruan tinggi yang ada di Indonesia hanya mampu menyediakan lulusan yang berkonsentrasi dalam ekonomi dan keuangan syariah sebesar 3.500 orang pertahun.
Penerapan ekonomi islam dapat menjadi solusi bagi perekonomian Indonesia. Dengan peran-peran yang sangat strategis seperti zakat yang mempersempit  kesenjangan antara si kaya dengan si miskin; konsep jujur, adil, dan bertanggung jawab yang menguntungkan semua pihak: hingga pelarangan riba yang mampu mengikis petumbuhan ekonomi yang semu.  Hadirnya regulasi-regulasi keuangan syariah, menjadi bukti bahwa pemerintah mulai memperhatikan keuangan syariah.
  Sudut pandang Ekonomi Syariah berdasarkan Ekonomi Keseimbangan adalah suatu pandangan Islam terhadap hak individu dan masyarakat diletakkan dalam neraca keseimbangan yang adil tentang dunia dan akhirat, jiwa dan raga, akal dan hati, perumpamaan dan kenyataan, iman dan kekuasaan. Ekonomi yang moderat menurut Syariah Islam tidak menzalimi masyarakat, khususnya kaum lemah sebagaimana yang terjadi pada masyarakat kapitalis, dan juga tidak menzalimi hak individu sebagaimana yang dilakukan oleh kaum sosialis, tetapi Islam mengakui hak individu dan masyarakat
Aplikasi ekonomi Islam bukanlah untuk kepentingan ummat Islam saja.  Penilaian sektarianisme bagi penerapan ekonomi Islam seperti itu sangat keliru, sebab ekonomi Islam yang konsen pada penegakan prinsip keadilan  dan membawa rahmat untuk semua orang tidak diperuntukkan bagi ummat Islam saja, dan karena itu ekonomi Islam bersifat inklusif. Bukan hanya di Indonesia, penerapan ekonomi islam juga tumbuh dengan pesat di daerah dengan mayoritas non-muslim, inggris misalnya. Penasihat Kebijakan Keuangan Pemerintah Inggris, Omar Shaikh, menyatakan Inggris kini telah menjadi pusat perbankan Islam di Eropa. “Sistem itu berkembang berkat dukungan politik pemerintah Inggris yang melihat pelaksanaan sistem ini sebagai peluang bisnis,” katanya dalam seminar Islamic Finance Management yang diadakan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Glasgow di University of Glasgow, Scotlandia, Inggris. Bahkan  negeri Ratu Elizabeth itu mempunyai beberapa kampus yang membuka bidang khusus ekonomi syariah. Menurut dia, peluang bisnis keuangan syariah di Inggris makin berkembang seiring dengan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan syariah.

Dalam perspektif keyakinan seorang muslim setiap aktivitas apa pun yang didasarkan pada tuntunan syariah akan membawa manfaat bagi kehidupannya. Dengan mempelajari dan mengamalkan ekonomi syariah jelas mendatangkan banyak manfaat yang besar bagi umat Islam itu sendiri. Jadi jangan segan untuk mempelajari dan mengamalkan ilmu ekonomi islam. Kurangnya   lapangan pekerjaan bagi para lulusannya atau peran penerapan ekonomi islam yang masih kurang gencar tidak bisa dijadikan alasan lagi.

Related Posts:

0 Response to "Jangan Segan Belajar Dan Mengamalkan Ekonomi Islam"

Posting Komentar